[Book Review] Percy Jackson and The Olympians: The Sea of Monsters



“Kau akan melayari kapal besi bersama para panglima tulang-belulang,
Kau akan temukan yang kaucari dan berhasil melakukannya sendiri.
Namun kemalangan hidupmu, terkunci dalam batu,
Dan gagal tanpa teman, hingga terbang pulang sendiri”


Percy Jackson and The Olympians: The Sea of Monsters. 2006. Miramax Books; terjemahan bahasa Mizan Fantasi.


Halo! Aku kembali dengan seri Percy Jackson and The Olympians yang kedua. Novel kedua ini menceritakan tentang Percy yang kembali bertualang bersama teman-temannya, yaitu Annabeth  dan  Tyson Si Cyclops (juga Clarisse), untuk menyelamatkan Perkemahan Blasteran dan sahabatnya, Grover Si Satir. Disini mulai terbongkar salah satu rencana yang dilakukan oleh Kronos untuk menghancurkan era keemasan Dewa-Dewi Olimpia. Sebagai demigod, Percy tentu tidak mengalami kemudahan dalam perjalanannya tapi pada akhirnya tujuan perjalanan ini dapat tercapai, meski pada akhirnya Percy mulai mengetahui kenyataan besar mengenai dirinya.

Ada beberapa bagian favorit dari novel ini buat aku, yaitu:
  1. Saat Percy menyelamatkan Annabeth dari nyanyian para Siren: “Dia mulai menangismaksudku menangis terisak-isak, seperti orang baru patah hati. Annabeth meletakkan kepalanya dibahuku dan aku mendekapnya.”. Mungkin kutipan itu gak menceritakan banyak hal, tapi pada bagian itu, latar, situasi, cara penyampaian, semuanya terasa pas and idk but it touched me? I’m not a big fan of romance and I like PercyxAnnabeth just a little, tapi setelah melewati bagian ini perasaan aku untuk PercyxAnnabeth jadi semakin besar (sebelumnya satu-satunya hal yang membuat aku suka PercyxAnnabeth adalah salah satu adegan di The Mark of Athena). Bagian ini membuat aku sedikit banyak mulai memahami mengapa Percy bisa dengan Annabeth, dan sebaliknya.
  2. Proses ketika Percy mulai menerima Tyson sebagai .....(no spoiler). Menurut aku, proses ini sungguh manusiawi. Remaja pada usianya pasti akan mengalami setiap tahap proses penerimaan terhadap sesuatu yang baru dan terasa gak mungkin seperti apa yang Percy alami. The character development is a top notch! At least for me.
  3. “Aku akan membiarkanmu mengambil Bulu Domba itu... begitu aku selesai menggunakannya”, kalimat ini pada bagian akhir membuat semuanya masuk akal! I literally got goosebumps while reading it!
Secara keseluruhan, novel ini juga tidak mengecewakan aku. Aksi-aksi pada novel ini menurut aku belum intens (tidak seintens novel-novel selanjutnya, karena mendekati klimaks) tapi pas pada porsinya. I would recommend this book to anyone.

Untuk kalian yang sudah membaca novel ini, apa bagian favorit kalian? Apakah ada bagian yang mengecewakan? Tell me what’s your thought and see you on the next review(s)! :)

Comments

Popular posts from this blog